Mengatasi problema keuangan setelah menikah (1)


Antara Hari Raya Idul Fitri menuju Hari Raya Idul Adha di sebagian masyarakat dikenal dengan waktunya menikah alias musim kawin. Lhaaaa sudah kayak hewan saja ada musim kawinnya.
Hal tersebut ternyata terjadi di banyak negara di dunia. Well, tahukah anda survey di banyak negara membuktikan bahwa salah satu penyebab utama perceraian selain perselingkuhan adalah karena masalah keuangan?

 baca juga Cara Mendapatkan Modal Usaha



Bahkan di negara maju seperti di Amerika, beberapa calon pasangan sampai harus mengecek track record keuangan alias credit history (di Indonesia dikenal dengan istilah BI checking atau SID) calon pasangannya. Kenapa demikian?
Karena kalau ternyata pasangan Anda punya banyak utang sebelum menikah dengan Anda cepat atau lambat akan mempengaruhi keuangan dalam perkawinan Anda (dengan catatan Anda menikah tanpa perjanjian pisah harta/pre-neuptual agreement).
Di Indonesia sendiri saya belum pernah melihat atau mendengar ada yang melakukan hal tersebut, akan tetapi tidak menutup kemungkinan di kemudian hari menjadi penting.
Bahkan salah satu survey di Amerika yang dilakukan oleh National Endowment for Financial Education atau disingkat NEFE mendapati bahwa 3 dari 10 orang mengaku mereka tidak jujur terhadap pasangannya tentang keuangan mereka, serta lebih dari setengahnya mengaku kalo mereka menyembunyikan alias ngumpetin uang dari pasangannya.
Tidak cuma berhenti sampai di situ ternyata banyak hal unik lain yang ditemukan ketika menyangkut masalah pasangan atau calon pasangan pengantin dengan keuangan mereka. Apa sajakah itu?
Hasil survey tadi menunjukan bahwa 30% dari pasangan ternyata kedapatan menyembunyikan tagihan mereka dari pasangannya. Tagihannya bisa dalam bentuk tagihan apapun seperti tagihan telpon seluler, dan yang terbanyak biasanya tagihan kartu kredit.
Selain itu ternyata 15% dari responden menyatakan bahwa mereka merahasiakan rekening bank mereka dari pasangannya, sedangkan 11% dari responden mengaku bahwa mereka sebenarnya bohong kepada pasangannya tentang seberapa besar penghasilan yang mereka peroleh. Tidak jelas apa motif di balik ketida jujuran dari perilaku keuangan terhadap pasangan tersebut.
Kalau ternyata Anda tidak termasuk kategori di atas, berarti kemungkinannya justru ada di pasangan Anda. Mengapa demikian?
Karena menurut survey tersebut kemungkinan tidak jujur bisa saja terjadi di pihak laki-laki ataupun perempuan dengan komposisi kemungkinan sama besar, alias tidak ada preferensi mana yang lebih cenderung tidak jujur tentang keuangannya kepada pasangannya.
Pertanyaanya adalah, apakah memang benar ketidakjujuran masalah keuangan terhadap pasangan bisa berdampak kepada perkawinan itu sendiri? Ternyata dari survey yang sama menyatakan bahwa 68% merasa hal tersebut membawa hal negatif ke dalam perkawinan mereka.
Di mana 42% dari responden mengatakan bahwa mereka mulai menurun rasa percayanya kepada pasangan. Bahkan 20% dari responden menyatakan lebih baik tidak terbuka dan tidak mencampur lagi keuangan mereka dengan pasangan apabila ternyata pasangan tidak jujur terhadap keuangannya.
Sedangkan 16% mengambil langkah drastis dengan cara berpisah alias bercerai. Lalu bagaimana dengan di Indonesia?
Meskipun belum pernah dilakukan survey dan studi lebih detil akan tetapi dari banyak artikel di media massa dan media online dapat dilihat bahwa tren perceraian di Indonesia sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2012 ternyata naik cukup drastis.
Sementara dari artikel-artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab utama perceraian adalah masalah keuangan alias ekonomi, baru disusul dengan ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan perselingkuhan.
Meskipun belum ada survey detil yang dilakukan sampai tahun 2014 ini, akan tetapi melihat dari kenyataan di atas, angka tersebut cukup memprihatinkan.
Itulah sebabnya dapat disimpulkan betapa pentingnya keterbukaan masalah keuangan terhadap pasangan dan calon pasangan sebelum menikah.
Selain itu, dengan banyaknya calon pasangan yang sebelum menikah mungkin sudah memiliki aset atau utang yang berhubungan dengan pembelian sebuah aset, misalkan rumah, apartemen ataupun kendaraan, maka keberadaan Perencanaan Keuangan yang baik dan benar serta kemungkinan dibutuhkannya perjanjian pisah harta menjadi meningkat.
Apabila tidak ingin menggunakan perjanjian pisah harta, sebaiknya apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan oleh calon pasangan?
Previous
Next Post »
0 Komentar

Ads by google